Equity World Trillium Surabaya – Pemerintah Amerika Serikat resmi memasuki shutdown ke-15 sejak 1981, dengan sekitar 750.000 pegawai federal dirumahkan (furlough). Akibatnya, Bureau of Labor Statistics (BLS) menunda perilisan sejumlah data penting, termasuk tingkat kemiskinan September dan lapangan kerja nonfarm payrolls. Laporan mingguan mengenai klaim pengangguran, pesanan pabrik, hingga belanja konstruksi Agustus juga mengalami penundaan.
Sementara itu, Federal Reserve (The Fed) dijadwalkan menggelar pertemuan pada 28–29 Oktober untuk memutuskan langkah suku bunga berikutnya.
Estimasi Chicago Fed: Tingkat Pengangguran Stabil di 4,3%
Mengisi kekosongan data resmi, Federal Reserve Chicago merilis perkiraan “real-time” yang menempatkan tingkat pengangguran September di 4,3%, sama seperti bulan Agustus.
Namun, detail laporan menunjukkan adanya penurunan jumlah pekerja menganggur, sementara angka PHK dan pemisahan kerja naik tipis sehingga memberi sedikit tekanan ke atas pada tingkat pengangguran. Sejumlah ekonom juga menilai stabilitas tingkat pengangguran ikut mendorong penurunan jumlah pekerja asing di pasar tenaga kerja AS.
Dengan data resmi yang terbatas, pelaku pasar memperkirakan The Fed akan kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps. Sebelumnya, The Fed memangkas suku bunga ke level 4,00%–4,25% bulan lalu akibat lemahnya pasar tenaga kerja.
Presiden Chicago Fed Austan Goolsbee menegaskan, “Kami akan tetap bergantung pada data yang tersedia,” seraya menekankan bahwa angka terbaru menunjukkan pasar tenaga kerja relatif stabil. Jika shutdown cepat berakhir, sebagian data masih bisa dirilis sebelum pertemuan The Fed berlangsung.
Harga Minyak Anjlok Menjelang Rapat OPEC+
Di sisi lain, harga minyak global tertekan tajam dan bersiap mencatat penurunan mingguan terbesar sejak akhir Juni, menjelang rapat OPEC+ akhir pekan ini.
-
Brent diperdagangkan di sekitar $64 per barel, turun 8% dalam sepekan
-
WTI jatuh ke bawah $61 per barel
Aliansi produsen minyak akan menggelar rapat daring pada Minggu untuk menentukan output November dan kemungkinan mempercepat peningkatan pasokan demi merebut kembali pangsa pasar.
Tanda-tanda awal kelebihan pasokan global mulai terlihat di Timur Tengah. IEA bahkan memprediksi oversupply bisa mencapai rekor tertinggi tahun depan seiring kembalinya produksi OPEC+. Sejumlah bank Wall Street memperkirakan harga Brent bisa jatuh ke kisaran $50-an.
Disclaimer:
Bertransaksilah dengan Pialang Berjangka PT. EQUITYWORLD FUTURES (EWF) Priority Trillium – Surabaya , Sahid Sudirman Centre Jakarta dan Praxis – Surabaya yang Berada dibawah Naungan Bappebti, Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) & Kliring Berjangka Indonesia (KBI). Bijak dalam menjaga Ketahanan dana. Ilustrasi Informasi Diatas Hanya Untuk Kalangan Internal Terbatas EWF. Mengingat Pesatnya Laju Informasi dan Berita, Ilustrasi Berita ini Tidak Menggambarkan Secara Keseluruhan Kondisi yang Berkembang di Pasar. Perlunya Kroscek dari Pembaca Terhadap Ilustrasi Informasi Diatas Karena Potensi Mis-Interpretasi. Siapapun Dilarang Menggunakan Informasi Diatas Sebagai Dasar Dalam Pengambilan Keputusan Transaksi. Perdagangan Berjangka Memiliki Resiko Tinggi & Cara Transaksi yang Unik. Anda Dapat Menghubungi Wakil Pialang Berjangka Kami untuk Menerima Informasi Sejelasnya akan Perdagangan Berjangka.
baca berita berita lainnya di news Equityworld Trillium Surabaya
berita terkait
News Maker 23 – Indonesia News Portal for Traders